Rasionalisme filsafat sendiri memiliki bagian yang lebih khusus, realistis dan idealistis.

1. Rasionalisme Filsafat Realistis

Menurut pandangan sub-madzhab ini kaidah-kaidah dan pemahaman-pemahaman tidak hanya untuk subjek akan tetapi juga bertaut dengan objek.

Plato dan para pengikutnya berpandangan bahwa premis yang digunakan untuk menalar sesuatu adalah bersandarkan kepada akal, tidak berdasarkan indra dan pengalaman. Nilai premis dan kaidah ini bersifat mutlak. Maksudnya adalah kaidah dan premis ini tidak hanya berupa kaidah berpikir tetapi juga termasuk ilmu dan perbuatan Tuhan. Dengan kata lain, kaidah-kaidah niscaya segala maujud pada ilmu Tuhanwujud dan eksis. Dan seluruh benda tercipta berdasaran kaidah ini. Dan akal adalah basis penalaran ini. Menurut Plato, di atas dunia kendriya ini terdapat alam-alam ide (mutsul) atau a'yan tsubut yang menjadi sumber maujud dan pengetahuan (ma'rifat). Plato berkeyakinan bahwa jiwa manusia sebelum memasuki alam kendriya dia berada pada alam ide (mitsal) dan beranggapan bahwa dustur pemikiran manusia berasal dari iluminasi (isyraq) Ilahi.

Pandangan Descartes dan para pengikutnya adalah bahwa dustur-dustur pemikiran tidak bersandar kepada hasil pengalaman. Menurut Descartes kaidah-kaidah ini juga tidak hadir semenjak di alam-alam ide (mutsul) serta tidak berdasarkan ilmunasi (isyraqi), berbeda dengan Plato, akan tetapi dustur-dustur pemikiran ini hadir secara fitri bersama lahirnya manusia ke alam dunia ini.

2. Rasionalisme Filsafat Idealitis

Pendukung sub-madzhab ini adalah Immanuel Kant. Menurut Kant, seluruh hukum-hukum universal dan daruri tidak bersumber dari pengalaman; akan tetapi bersandarkan kepada akal dan mental (zihn). Kant berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dapat kita raih bertaut dengan phenomena, namun (noumena) esensi benda-benda tidak dapat dikenal oleh manusia. Kendati demikian, menurut Kant, apa yang tidak dapat dicapai oleh speculative reason dapat dicapai oleh practical reason  dan bertolak dari practical reason ini manusia dapat mencapai Tuhan, ma'ad dan kebebasan (freewill).[14]        

Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan dengan humanisme dan atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi diskursus sosial dan filsafat di luar kepercayaan keagamaan atau takhayul. Meskipun begitu, ada perbedaan dengan kedua bentuk tersebut:

·                     Humanisme dipusatkan pada masyarakat manusia dan keberhasilannya. Rasionalisme tidak mengklaim bahwa manusia lebih penting daripada hewan atau elemen alamiah lainnya. Ada rasionalis-rasionalis yang dengan tegas menentang filosofi humanisme yang antroposentrik.

·                     Atheisme adalah suatu keadaan tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan atau dewa-dewa; rasionalisme tidak menyatakan pernyataan apapun mengenai adanya dewa-dewi meski ia menolak kepercayaan apapun yang hanya berdasarkan iman. Meski ada pengaruh atheisme yang kuat dalam rasionalisme modern, tidak seluruh rasionalis adalah atheis.


HIDUP TANPA KOREKSI ADALAH HIDUP YANG TAK LAYAK TUK DIJALANI
 
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free