![]() |
||
WASPADAI LIBERALISASIwww.hima89.weebly.com Oleh: Neuis Marfu'ah Liberalisme merupakan suatu paham yang menganut kebebasan dalam berbagai aktivitas yang erat kaitannnya dengan agama, seperti kebebasan berpikir, kebebasan berkeyakinan, termasuk kebebasan dalam memahami agama itu sendiri. Dalam hal ini, leberalisme memberikan ruang seluas-luasnya kepada penganutnya untuk menafsirkan agama sesuai dengan pemikirannya. Atau lebih tepatnya, paham ini memberikan kebebasan kepada penganutnya untuk menafsirkan agama sesuai dengan hawa nafsu semata. Menurut paham ini, semua orang bebas menafsirkan agama tanpa harus terikat dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan. Sehingga tak heran jika banyak orang yang menganut paham liberal sering melontarkan pemikiran-pemikiran yang berseberangan dengan Islam. Terlebih mereka yang telah memposisikan dirinya sebagai pentolan aliran, cendekiawan, intelektual yang mayoritas merupakan jebolan dari perguruan tinggi Barat yang notabene musuh dan memusuhi Islam. Hingga pada gilirannya, paham ini dapat mengubah pola fikir dan pemahaman umat Islam terutama dalam keyakinan dan pemahaman beragama. Dengan liberalisme, orang akan memiliki pemahaman yang flotisme (mengambang), juga menyakini dan menganggap bahwa sinkretisme (percampuran) agama dibenarkan. Dalam artian, seluruh penganut agama (termasuk Islam) boleh memiliki kesamaan dengan agama lain dalam berbagai ritual ibadah dan berkeyakinan. Sebab, yang dijadikan prioritas mereka adalah kehidupan beragama yang rukun penuh keharmonisan antar pemeluk agama, saling toleran, tidak saling menyalahkan apalagi menganggap agama lain sesat. Sebab dalam pandangan mereka, agama diturunkan kepada manusia melalui perantaraan para Nabi. Dan para nabi inilah yang berhak menafsirkan agama karena melalui proses wahyu. Sedangkan manusia selain Nabi, tidak menerima wahyu langsung dari Tuhan, agama yang dianutnya hanya merupakan produk pemahaman manusia yang nilai kebenarannya bersifat relatif. Dengan demikian, setiap manusia pemeluk agama tidak berhak untuk menganggap penganut agama lain sesat. Dari sinilah kemudian lahir pemikiran baru, yaitu apa yang disebut dengan pluralisme, suatu paham yang menganggap semua agama benar. Tentu saja, hal ini merupakan kekeliuran yang sangat fatal. Memporioritaskan kerukunan beragama, toleransi dengan melabrak ketentuan agama jelas tidak dibenarkan dan sudah termasuk ke dalam kategori sesat. Dalam persoalan toleransi beragama, Islam sudah mengaturnya lebih awal dan sempurna. Toleransi bukan berarti ikut campur, ikut serta, atau menyerupai cara ibadah suatau agama, melainkan tidak mengganggu, tidak menyerupai serta tidak mencampuraduk peribadatan suatu agama ke dalam ajaran Islam. Dengan pemikiran dan pemahaman liberalisme itu, maka semua orang dapat menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan keinginannya (termasuk hal-hal yang sudah dimafhum para ulama mengharamkan, juga jelas Allah dan Rasul-Nya mengharamkan, maka bagi mereka itu menjadi boleh), tanpa aturan. Bahkan, utuk menafsirkan agama (baca: Al-Qur’an), mereka menggunakan suatu cara yang berbeda dengan para ulama tafsir, yaitu apa yang disebut dengan metode hermeuneutik. Suatu metode yang sangat keliru untuk digunakan dalam menafsirkan Al-Qur’an. Sebab, hermeuneutik adalah metode yang digunakan untuk menafsirkan Al-Kitab (Bibel) yang sudah dirusak oleh manusia, bukan untuk Al-Qur’an. Itulah sebabnya mereka begitu yakin akan komitmennya, sehingga yang dijadikan acuan bagi mereka bukan lagi kitab-kitab para ulama Muffasir atau Muhaddits terdahulu lagi, melainkan mereka sudah berkiblat kearah pemikiran barat seperti kaum yahudi. Menurut mereka, ulama mufasir klasik itu sudah tidak sesuai lagi dalam menafsirkan al-Qur’an/ hadits karena pendekatan yang digunakan hanyalah seputar fiqih/ushul fiqih, kebahasaan. Menurut mereka, hal ini belum cukup, karena masih bersifat parsial. Bahkan menurut mereka, tafsir yang dinilai baik dan komprehensip itu adalah tafsir hasil pemikiran para cendekiawan serta ilmuwan yang membuat buku-buku serta menafsirkan al-Qur’an, yang notabene bukanlah orang muslim. Itulah pendapat-pendapat yang selalu mereka usung sebagai suatu yang mereka katakan komprehensif. Jelas itu pun hanyalah pemahaman yang keliru, mengapa? Belajar memahami agama Islam itu tidak mungkin kita dapati dari hasil interpretasi orang–orang kafir, harus kita ambil dari sumbernya langsung dari kitab-kitab para ulama yang sahih yang dapat dijadikan rujukan. Maka barang siapa yang telah mengikuti jejak langkah orang –orang (yahudi dan nasrani) tiada lain mereka itu pun adalah bagian dari mereka. Jadi, dengan liberalisme bukan menjadikan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, tetapi menjadikan agama sebagai pengundang adzab dan laknat dari Allah SWT. Karena Islam telah mengajarkan, ada bagian-bagian tertentu yang tidak dapat dicampur baur, antara keyakinan, antara ibadah itu sudah jelas Islam memberikan rambu-rambunya. Yakinilah liberalisme agama akan merusak tatanan Islam itu sendiri, tidak ada bedanya lagi dengan ajaran dan kitab-kitab yang telah mereka ubah (Nasrani dan Yahudi), sehingga menjadikan orang Islam jauh dari keislamannya, dan orang menjadi susah untuk membedakan antara muslim dengan kafir. Allah telah mengingatkan kepada orang-orang yang beriman bahwasanya, orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah berhenti untuk mengganggu dan membenci umat Islam. Mereka tidak akan pernah ridla sehingga orang-orang Islam mengikuti jejak langkah mereka. Dengan liberalisme itulah mereka menjadikan orang-orang Islam akan serupa dengan mereka (Yahudi dan Nasrani). Mereka merusak ajaran Islam tidak lagi dengan tangan mereka sendiri, tetapi meminjam tangan orang-orang Islam. Meski berbaju yang sama dengan Islam, bahasa sama dengan Islam, namun jauh di lubuk hatinya adalah Yahudi! Masihkah kita akan mempercayai mereka yang berbaju Islam, padahal sebenarnya mereka telah menyembunyikan keyahudian mereka? Waspadalah terhadap liberalisme,! Pelajarilah agama Islam, perdalamlah ajaran Islam dari sumbernya yang dibenarkan. Didiklah anak dan generasi kita dengan ajaran agama yang benar, dari sumber yang benar. Waspadi bacaan-bacaan yang dapat menyebabkan pemahaman kita menjadi nyeleneh. Itu bukan trend tetapi sesat dan menyesatkan . |
|
|
![]() |